Oleh >>> H Affan Bey Hutasuhut
Wartawan Majalah TEMPO 1987-1994
KIsah perjalanan Metro Langkat-Binjai Grub ini bagaikan bahtera yang tak henti dilantak gelombang dan badai yang ganas.
Tidak mudah bagi seorang nakhoda cekatan menentang ganasnya ombak nun jauh ditengah laut. Kalau nakhoda kuranglah paham, alamat kapal akan tenggelam.
Namun ada seorang anak Binjai, Darwis Sinulingga yang sudah lama aku kenal sebagai sosok yang tangguh menentang tantangan.
Nyawa pun ia pertaruhkan, apalagi cuma kurangnya ‘asam dan garam’suatu masalah.
Makanya perjalanan Media Metrolangkat-binjai bisa bertahan meski harus menapak di jalan yang terjal, berenang di laut yang dalam.
“Alah Paling Cuma Tiga Bulan”
Ketika Harian Pos Metro Medan mengembangkan sayapnya menerbitkan Harian Posmetro Metro Langkat pada 03 November 2014, ganasnya gelombang mulai menghempas.
Bukan hanya wartawan yunior, yang sudah seniorpun seakan batang pisang, punya jantung tapi tak punya hati.
Mereka bukannya memberi semangat malah menggunakan ‘jurus maut’. “Alah paling lama Koran ini tiga bulan sudah jadi mendiang”.
Darwis menyikapi dengan bijak. Ia bahkan menilai tuduhan itu masuk akal lantaran mendirikan media sama saat itu sama saja dianggap sama membakar duit akibat pertarungannya dengan media online.
Tapi Darwis punya prinsip, hidup dan kematian bukan urusan manusia. “Perjuangan milik manusia, kemenangan milik Tuhan”.
Darwis, wartawan Pos Metro Medan di Langkat sebagai orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk pengembangan dan mengelola Posmetro Langkat dengan berbagai target.
Mulai target penjualan koran,sampai target Iklan.
Alhamdulilah setiap tahun POSMETRO LANGKAT mendapatkan Iklan kerjasama dengan Pemerintah Langkat,yang nilainya diatas seratus juta.
Dan Oplah Posmetro Langkat mengalahkan semua koran harian daerah yang ada di Sumut untuk pemasaran di Langkat
Namun badai kemudian menghempas Harian Metro Langkat ini hingga karam. Pimpinan Jawa Pos Grub Di Sumut, menyatakan, Koran rugi dan harus ‘disuntik’mati sekitar setahun kemudian.
‘Darah jurnalistik’ yang mengalir dalam diri Darwis seketika menggelegak. Sampai-sampai tidurnya pun terganggu dibayangi ‘kematian’ koran yang dicintainya itu.
Hati nuraninya terusik bukan semata-mata karena kehilangan mata pencarian untuk menafkahi keluarga. Tidak, tidak, bukan karena itu.
Anak Binjai yang sudah lebih 20 tahun sebagai wartawan di Langkat paham betul bahwa di perut bumi bertuah ini masih banyak tersimpan ‘emas dan permata’ yang belum tergali.
Alam begitu indah seakan surga tersembunyi. Diatas kebun sawit, di bawah dapur minyak.
Agar bisa dimanfaatkan secara maksimal Darwis sangat memerlukan media, khususnya media lokal untuk mengangkat beragam kekayaan ini dengan riset data, berdikusi dengan Pemkab Langkat, para pengusaha, dan lainnya untuk kemudian informasi ini disajikan dalam bentuk berita di media.
Jika ‘emas permata’ dan kekayaan Langkat ini bisa dimanfaakan secara maksimal, pemimpin Langkat yang bijak kelak akan mampu merubah anak nelayan yang selama ini tetap menjadi nelayan,
Anak petani miskin tetap jadi petani, Insha Allah ada yang jadi Bupati, Gubernur, dirut BUMN, pengusaha sukses, dan lainnya.
Dari sinilah tiga hari kemudian Darwis mengambil alih media ini. Ia bekerja keras mengembangkan oplah, iklan, dan kerjasama dengan pihak siapa saja, khususnya sekolah, pemkab Langkat, dan lainnya.
Kalaupun media ini menjalani pasang dan akhirnya surut lima tahun kemudian, bukanlah karena kalah bertarung dengan media online yang berkembang cepat,
Tapih karena sulitnya penagihan uang langganan koran, khususnya di lembaga pemerintah yang membutuhkan waktu tiga bulan. Begitu pula dengan pelanggan pribadi.
Sementara perusahaan yang mencetak koran ini tak ingin tagihan macet, belum lagi gaji karyawan, listrik, dan lainya.
Dengan berat hati terpaksa media cetak ini berubah bentuk menjadi media online dengan nama ‘Metrolangkat-binjai.com. Berikutnya lahir pula Telisik.net, dan Yongganas.com, dengan segmen yang berbeda.
Yong Ganas Award
Dalam perjalanan media ini, Darwis ini mengajak agar semua media cetak dan online agar terus bergerak bersama membangun informasi yang produktif, kreatif, edukatif, dan lainnya demi satu tujuan
Seayun Selangkah dalam menjalankan profesi jurnalistik ini agar semakin berkualitas menyongsong tantangan dunia jurnalistik yang juga tak luput mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman.
Makanya jika tak ada aral melintang, Metrolangkat-binjai.com, akan menggelar acara penyerahan” Yong Ganas Award” kepada sosok dan tokoh yang dinilai gigih menggugah masyarakat Langkat untuk maju bersama membangun bumi bertuah ini.
Penghargaan ini diberikan bukan hanya pada media saja, tapi juga pelaku yang aktif mengembangkan dunia pendidikan, peduli lingkungan, peduli sosial dan lainnya.
Mimpi
Cita-cita Darwis untuk ‘mengangkat harta terpendam’ di bumi bertuah ini untuk kesejahteraan masyarakat memang bagaikan mimpi yang berlebihan.
Bagi orang lain boleh saja beranggapan mimpi seakan menangkap buih. Tapi bagi Darwis, justru mimpi inilah yang jadi motor pendorong untuk mencapai ‘taman kencana’ yang dicita-citakan.
Darwis paham bahwa perjuangan butuh waktu panjang, tapi itu bukan batu ganjalan.
Seorang pejuang sadar betul bahwa suatu perjuangan tidak harus tercapai dalam waktu setahun, dua tahun, bahkan 50 tahun.
Yang penting tempuh apapun tantangan yang dihadapi bak semboyan Laksaana Hang Tuah di Kerajaan Melaka, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Esa Hilang Dua terbilang’.
Artinya jika seseorang pejuang tangguh terkendala karena sakit bahkan dijemput oleh maut,ita-cita harus dilanjutkan oleh pejuang berikutnya.
Itulah makna nya bagi Darwis mengapa para pejuang tangguh di bidangnya masing-masing patut diberikan penghargaan. Dan jika perlu hal ini juga bisa dilakukan pihak lain.(bey)
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me. https://accounts.binance.com/en-NG/register?ref=JHQQKNKN