TELISIK | STABAT – Gonjang ganjing seputar terbentuknya Pokja (Kelompok kerja-red) Wartawan Unit Polres Langkat, menjadi salah satu bahasan sekelompok oknum wartawan di Negeri Bertuah belakangan ini.

Mereka merasa tidak dipandang dan diperhatikan. Oleh sebab itu jugalah, mereka langsung menuding Kapolres Langkat AKBP Danu Pamungkas Totok SH SIK tidak fair alias pilih kasih.
Ada pihak yang mengatakan kehadiran pokja menghambat kerja wartawan yang tidak tergabung di dalam wadah tersebut.
Ada juga isu menyebutkan, Kapolres Langkat termakan hasutan pengurus PWI, sehingga tidak bersikap adil dalam memberikan pres rilis.
Bahkan, ada juga yang mencetuskan kenapa anggota pokja hanya mereka yang tergabung di PWI saja, padahal organisasi wartawan di Langkat bukan hanya PWI.
Serta fitnah – fitnah lainnya yang dihembuskan oleh mereka yang tidak bertanggungjawab dan dengki akibat kerendahan intelektualnya.
Menyikapi gosip kurang mengenakkan tersebut, Ketua organisasi kewartawanan tertua di Indonesia yang berada di Langkat hanya tersenyum santai sembari menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.
Pertama, kehadiran pokja tidak bermaksud menghalangi tugas jurnalistik dari kawan-kawan wartawan manapun di luar pokja.
“Pokja ini tidak menghambat siapun. Dari mana dasar dikatakan menghambat? Justru sebaliknya kehadiran pokja membantu teman-teman, mana kala kesulitan berkomunikasi dengan PJU di lingkungan Mapolres Langkat,” ujar Ketua PWI Langkat M Darwis Sinulingga yang menjabat Penasehat di pokja tersebut.
Lagi pula, saat sekarang ini informasi sudah terbuka. Misalnya nomor telpon (hape) pejabat Polri mulai dari tingkat Polsek, Kasatreskrim, Kapolres, Kapolda bahkan Kapolri banyak diketahui masyarakat.
Artinya, siapa saja bebas berkomunimasi dengan para pejabat tersebut, apalagi wartawan. Khususnya di jajaran Kepolisian Polres Langkat.
“Nah, jangan pula akibat ketidak mampuan si wartawan berkomunikasi dengan baik kepada pejabat disebutkan tadi, malah menyalahkan pokja wartawan pula, inikan lucu. Jadi, jangan lah asal bicara yang akhirnya memperlihatkan kebodohan diri sendiri di publik,” ungkap Darwis.

Kedua, alasan pokja kesemuanya anggota PWI Langkat, karena pokja ini memang dibuat oleh PWI, dilahirkan melalui musyawarah anggota dan Pengurus PWI Langkat.
Karya PWI
Jadi berbeda dan tidak sama dengan lainnya di luar sana, jangan dipaksakan setara. “Pokja ini karya PWI, ya jadinya anggotanya orang PWI, jadi dimana salahnya. Justru salah, jika yang membuat PWI namun anggotanya bukan PWI. Kan jadi tidak sama, maka jangan dipaksakan setara,” ketus owner portal berita metro-langkatbinjai.com itu.
Jadi, sebut Darwis, jika ada organisasi kewartawanan lainnya juga ingin membuat Pokja, silahkan saja. Karena pihaknya tidak pernah mencampuri rumah tangga organisasi wartawan lain.
“Pokja terbentuk karena disetujui Kapolres Langkat, bila ada kelompok lain juga membentuk Pokja atau unit apapun namanya sepanjang disetujui Kapolres ya tidak masalah, karena yang menetukan bapak Kapolres bukan kami,” Tegas Darwis.
Jangan Permalukan Diri Sendiri
Herannya, selama ini kemana saja kenapa tidak pernah berinisiatif membuat pokja. Namun setelah PWI membuat pokjanya sendiri, yang lain malah ribut.
“Kenapa jadi ribut, mencampuri rumah tangga orang lain. Janganlah menjadi orang yang sudah tidak mampu berkarya, terus mengusik karya orang lain. Cukuplah, jangan terus mempermalukan diri sendiri,” ujarnya.
Ketiga, berani secara tegas dikatakan anggota pokja adalah wartawan profesional Karena PWI adalah organisasi kostituen (terverifikasi) Dewan Pers.
Masuknya pun tidak mudah, melalui ujian yang berstandar. Selain itu para anggota PWI juga sudah mengikuti dan lulus uji kompetensi wartawan (UKW) yang digawangi Dewan Pers.
“Jadi, yang menyebutkan mereka wartawan profesional adalah Dewan Pers, lembaga yang merumuskan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Sebab mereka dalam wadah organisasi kostituen (PWI) dan sudah lulus UKW. Jadi, yang mengatakan wartawan itu profesional atau tidak bukan saya tapi Dewan Pers, tandas Darwis,” paparnya.
Beropini Ria
Bentuk wartawan yang tidak Profesional itu, ya memuat berita hanya sepihak saja. Seperti yang terjadi hari ini, mereka membuat berita tentang pokja. Harusnya konfirmasi kepada Ketua Pokja, bukan beropini ria.
“Soal Kapolres Langkat yang diangap pilih kasih, menurut kami bapak Kapolres terbuka kepada siapa saja apalagi wartawan. Jadi intinya, apa yang ditudingkan kawan-kawan karena minimnya komunikasi sebenarnya. Makanya, jadilah wartawan yang professional, bukan mengedepankan opini dan emosional ketika membuat suatu berita,” tutup Darwis seraya menambahkan dirinya selalu terbuka kepada rekan-rekan bila ingin berkomunikasi. (***)