TELISIK.NET – Jakarta
Letusan dahsyat Gunung Lewotobi di Flores, Indonesia, mengundang perhatian media internasional, termasuk di Jepang, setelah gunung tersebut melontarkan kolom abu setinggi sembilan kilometer ke langit, Sabtu (9/11).
Peristiwa ini menjadi sorotan tidak hanya karena intensitasnya yang luar biasa, tetapi juga dampak besar yang ditimbulkannya bagi ribuan warga yang terpaksa mengungsi dari zona bahaya.
Gunung Lewotobi Laki-Laki, gunung kembar berketinggian 1.703 meter yang terletak di Pulau Flores, sudah mengalami lebih dari selusin letusan sepanjang pekan ini.
Pada letusan awal, Senin lalu, sembilan orang dilaporkan meninggal dunia, dan ribuan penduduk dievakuasi ke lokasi yang lebih aman. Dengan letusan susulan pada Sabtu pagi ini, Badan Geologi Indonesia mencatat kolom abu setinggi 9.000 meter yang tampak berwarna abu-abu pekat di atas puncak gunung.
Badan Geologi menyampaikan peringatan kepada warga untuk tetap waspada terhadap potensi banjir lahar dingin yang dapat terjadi akibat curah hujan tinggi.
Situasi ini mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memperpanjang larangan akses bagi warga dalam radius delapan kilometer dari puncak gunung. Kepala BNPB, Suharyanto, yang turut meninjau tempat pengungsian, menegaskan bahwa pemerintah akan membantu menyediakan tempat tinggal sementara bagi warga terdampak dan merencanakan pembangunan perumahan baru bagi mereka.
Dalam laporan yang diangkat media Jepang, Japan Today, letusan ini dinilai sebagai salah satu peristiwa alam besar yang memerlukan perhatian global, mengingat Indonesia berada di kawasan “Cincin Api” Pasifik yang kerap dilanda aktivitas vulkanik dan gempa bumi.
Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan salah satu gunung api aktif di NTT yang hampir sepanjang tahun ini aktivitas vulkaniknya fluktuatif.
Badan Geologi meningkatkan statusnya menjadi level IV (Awas) mulai Ahad (3/11), pukul 24.00 Wita. Peningkatan status tersebut berdasarkan hasil evaluasi peningkatan aktivitas periode 23 Oktober-3 November 2024, pukul 18.00 Wita.
Dilaporkan Antara, sebanyak 8.431 warga mengungsi akibat rentetan erupsi berdasarkan data dilaporkan BPBD Flores Timur, Jumat (8/11) malam. Para korban tersebut di antaranya merupakan warga Kecamatan Titihena, Wulanggitang, Ile Bura, Demon Pagong, Larantuka, Sikka, Ile Mandiri, dan Adonara Timur.
Jepang, yang juga sering menghadapi bencana serupa, menyoroti bagaimana kesiapsiagaan Indonesia dalam menangani dampak letusan besar ini. Banyak warga Jepang yang turut mengikuti perkembangan kabar terkait letusan di Flores, mengingat ancaman abu vulkanik yang dapat berdampak pada rute penerbangan internasional. (**)