TELISIK | JAKARTA – KTT Perubahan Iklim COP26 yang akan berlangsung pada November 2021 dinilai sebagai harapan terakhir untuk mencegah peningkatan suhu tak terkendali. Hal tersebut disampaikan Presiden COP26 Alok Sharma dalam pidatonya pada Jumat (14/6) waktu setempat.
“KTT tersebut adalah harapan terakhir untuk menjaga suhu naik di bawah 1,5 derajat Celsius. Di luar itu, para ilmuwan percaya perubahan iklim tak terkendali akan terjadi,” kata Sharma.
“Ini juga menjadi kesempatan terbaik membangun masa depan lebih cerah, pekerjaan ramah lingkungan, dan udara yang bersih,” lanjutnya seperti dilansir AFP.
Para delegasi dihadapkan pada peringatan para ilmuwan tentang skala pengurangan emisi agar tetap dalam jangkauan, membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius, seperti yang diatur dalam Perjanjian Paris.
Kesepakatan itu dibuat lebih dari lima tahun lalu dan negara-negara partisipan berkomitmen mengirimkan kembali rencana pengurangan emosi mereka setiap lima tahun.
Namun dalam praktiknya, banyak negara dari penghasil emisi terbesar gagal melakukannya.
Sementara itu, PBB mengatakan emisi harus turun hampir delapan persen setiap tahun untuk mempertahankan 1,5 derajat Celsius.
KTT COP26 nantinya mempertemukan negosiator iklim dari 196 negara dan Uni Eropa, bersama para pakar dan pemimpin dunia. Pertemuan ini awalnya dijadwalkan pada November 2020 di Glasglow, namun diundur karena pandemi covid-19.
Pemerintah Inggris didesak menggelar acara tersebut secara virtual karena pandemi masih terjadi di banyak negara.
Beberapa negara juga dikhawatirkan tak bisa hadir apabila COP26 diadakan secara langsung akibat wabah yang masih tinggi di kawasannya.
Kendati demikian, Pemerintah Inggris menyatakan COP26 akan tetap diselenggarakan secara langsung, sesuai rencana.
“Ketika kami (para peserta) berkemas dan kembali ke rumah, kami bisa mengatakan bahwa di waktu-waktu kritis ini, setiap kami mengambil tanggung jawab,” kata Sharma.(CNN/red)