TELISIK | TELAGAH – Wista yang berada di cekungan Bukit Barisan, persisnya di sisi Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ini sangat memukau. Jendela Bamboe Leuser, begitu Purnama Gintinig (43) menabalkan nama tempat yang terletak di Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat tersebut.
Suasana asri, sejuk dan jauh dari hiruk pikuk dapat kita rasakan di bentang alam pegunungan ini. Letaknya yang berada di 98’ 21” BT – 3’ 17” LU dan di ketinggian 900 – 1100 meter di atas permukaan laut (mdpl), membuat daerah ini begitu sejuk.
Rapatnya rerimbunan rumpun bambu, menghalangi sinar matahari menembus permukaannya, meskipun tak secara menyeluruh. Kicauan burung – burung hutan terdengar merdu di sepanjang hari. Malamnya, kunang – kunang tak mau kalah menunjukkan eksistensinya, dari cahaya yang berpendar dari bagian tubuhnya.
Sayangnya, akses jalan menuju serpihan surga itu hingga kini masih kurang baik. Namun begitu, bagi pengunjung yang ingin bermalam, Purnama Ginting sudah menyediakan penginapan. Di sana juga tersedia tenda kemah dan lapaknya untuk pengunjung yang hobi kemping.
Untuk penginapan, ayah dari lima anak itu memasang bandrol Rp400 ribu per 24 jam, sudah termasuk sarapan dan makan siang untuk tiga orang. Untuk biaya lapak tenda, dibandrol Rp25 ribu per malam dan sudah bebas biaya retribusi.
“Bagi yang mau sewa tenda, kita kenakan biaya Rp10 ribu untuk tiga orang dan biaya retribusinya Rp10 ribu per orang,” ketus pria berdarah karo itu, sembari menjelaskan bahawa tempat itu masih 10 persen dalam tahap pembangunan.
Hanya di tempat itulah kebun bambu yang tersisa di sana. Purnama terus berupaya untuk melestarikan bambu yang ada di sana. “Kita mengedukasi masyarakat dari konsep wisata yang kita sajikan. Luas areal ini berkisar dua hektar, terdiri dari 20.000 batang bambu yang siap panen,” lanjutnya.
Nantinya, kata kader konservasi TNGL itu, di sana akan dibangun konsep seperti Negara Jepang. Di lokasi itu juga ditawarkan objek wisata lainnya. Diantaranya Air Terjun Jodoh dan wisata TNGL untuk menikmati suasana hutan Leuser.
Di dalam hutan, pengunjung bisa menikmati hewan – hewan hutan seperti Siamang dan mendengar kicauan ratusan jenis burung. Untuk sampai ke lokasi tersebut, membutuhkan waktu 1 – 3 jam perjalanan. Biaya pemandu cukup membayar Rp10 per orang dan untuk sampai ke Air Terjun Jodoh, biaya pemandunya Rp150 per orang.
Ironisnya, objek wisata yang pernah dikunjungi 750 wisatawan lokal itu, hingga kini belum medapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Langkat. Purnama berharap, agar akses jalan di sana segera diperbaiki. Setidaknya, jika animo wisatawan tinggi, harum nama Negeri Bertuah bisa mencuat dari tempat terpencil itu. Semoga… (Ahmad)