Ikon Bukit Lawang berupa patung Orang Utan tampak tak terawat. Padahal Ikon tersebut berada dijalur masuk ke Bukit Lawang.(ist)
Langkat – Telisik.net
Destinasi wisata unggulan Kabupaten Langkat, Bukit Lawang, kini menuai sorotan tajam dari pengunjung dan masyarakat.
Kawasan yang dikenal sebagai habitat alami orangutan tersebut tampak kumuh, semrawut, dan tidak terawat.
Kesan negatif bahkan sudah terasa sejak melewati gerbang “Selamat Datang” di Bukit Lawang.
Sepanjang trotoar dan pulau jalan, tidak terlihat satupun bunga penghias yang mencerminkan suasana destinasi wisata.
Yang terlihat justru rumput liar tumbuh menyemak dan menutupi sebagian bahu jalan, menciptakan kesan tak terurus dan asal-asalan.
Keterangan gambar : Warung diatas trotoar dipintu masuk Wisata Bukit Lawang tampak menganggu pemandangan dan perlu ditertibkan.(ist)
Pemandangan makin buruk dengan deretan warung-warung yang berdiri di sisi kiri badan jalan.
Warung-warung tersebut berdiri tanpa penataan, bahkan sebagian menggunakan badan jalan, sehingga mempersempit ruang gerak pengunjung dan kendaraan.
Terjadinya pembiaran ini membuktikan Dinas Pariwisata Langkat belum mampu mengelola kawasan wisata secara profesional.
Padahal, Dinas Pariwisata Langkat tetap aktif memungut retribusi dari setiap pengunjung sebesar Rp5.000 per orang.
Berdasarkan data yang dihimpun Metrolangkat.com, selama libur Idul Fitri 2025 lalu, Bukit Lawang dikunjungi sekitar 25.000 wisatawan.
Itu berarti, dari satu momen libur saja, Dinas Pariwisata berhasil mengumpulkan Rp125 juta.
Pulau jalan tidak terawat dimana rumput liar tumbuh menjalar.(ist)
Sayangnya, pemasukan tersebut tidak diimbangi dengan perawatan dan penataan kawasan.
Kondisi ini membuat publik geram. Banyak yang menyayangkan sikap pasif pemerintah daerah,
khususnya Dinas Pariwisata, yang terkesan hanya mencari pemasukan tanpa mengembalikannya dalam bentuk pelayanan atau peningkatan kualitas destinasi.
“Malu kita, Bukit Lawang itu ikon dunia, tapi tampaknya kayak pasar tradisional yang terbengkalai.
Kalau Kadis Pariwisata gak mampu urus ini, sebaiknya diganti saja,” ujar salah seorang warga setempat yang enggan disebut namanya.
Berangkat dari kondisi tersebut, sejumlah tokoh masyarakat dan pengunjung mulai mendesak Bupati Langkat agar mengevaluasi kinerja Dinas Pariwisata secara menyeluruh.
Bahkan sebagian meminta agar Kepala Dinas Pariwisata dicopot dari jabatannya, karena dinilai lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Selain pencopotan, ada sejumlah saran konkret yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk memperbaiki citra dan kenyamanan Bukit Lawang, antara lain:
Penataan ulang warung dan kios secara teratur agar tidak memakan badan jalan.
Menanam bunga dan tumbuhan penghias di sepanjang trotoar.
Membersihkan rumput liar dan memperindah gerbang masuk kawasan.
Menyediakan fasilitas parkir dan tempat sampah yang memadai.
Melibatkan warga lokal dalam program sadar wisata dan pelestarian lingkungan.
Tanpa langkah tegas dan konkret, Bukit Lawang berpotensi kehilangan daya tariknya.
Padahal, kawasan ini bukan hanya aset Langkat, tetapi juga bagian penting dari kekayaan wisata nasional dan dunia.(Red)