TELISIK | DELISERDANG – Ahmad Prayoga yang akrab disapa Yoga 21 tahun warga Dusun Empat anggrek Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara ini sebagai penyandang Disabilitas. Namun dengan kondisi yang tidak memiliki kedua tangan serta kedua kaki tidak membuatnya putus asa untuk berkarya.
Dengan kondisi fisik tubuh yang tidak lengkap ini dirinya mampu menghasilkan karya lukisan yang sangat indah dan cantik seperti karya lukiasan mausia normal lainnya. Anak kedua dari empat bersaudara dari Pasangan Sugiono dan Dwi Sri Rahayu mampu menghasilkan karya lukisan dengan mengunakan mulutnya.

Saat usia 17 tahun Yoga memiliki tubuh yang lengkap miliki tangan serta kaki. Namun pada bulan Mei 2015 dirinya mengalami kecelakaan kerja di Kota Aek Kanopan Kabupaten Labuhan Batu Utara pada bulan mei 2015, tubuhnya tersengat arus listrik.
Akibatnya kedua tangan serta kakinya diamputasi, pasca peristiwa itu Yoga sangat frustrasi dan putus asa serta tidak Percaya dengan peristiwa yang dialaminya bahkan ketika membuka mata setelah pemisahan kaki serta tangannya ia hanya bisa terdiam dan menagis.
Dipertengahan tahun 2016 dirinya pun mulai menekuni karya seni lukis dengan mengunakan mulut untuk mengerakna pinsil, namun hasil lukisan yang dihasilkannya tidak bagus seperti saat ini karena Yoga kesulitan untuk melukis dengan mengandalkan mulut.
Kemudian seorang perempuan bernama Jeny Ong dari Yayasan Siling Kids di kota Medan datang ke rumah dan memberikan banyak motivasi kepada Yoga untuk menekuni ketrampilan melukis.

Namun Yoga berhasil membuktikan ke dunia, dalam kontes perlombaan melukis yang diselenggarakan oleh pewarta foto indonesia (PFI-red) di hotel Cambridge medan pada tahun 2018. Karya lukisan Yoga patut diperhitungkan dan meraih juara dua dalam kontes perlombaan tersebut.
Mendapatkan juara dua membuat dirinya sangat terharu Dan tidak menyangka hal tersebut, pada saat itu Bapak akhyar Nasution yang saat itu menjabat sebagai wakil Walikota hadir dalam acara kontes perlobaan melukis dan meminta Yoga untuk melukis wajahnya.
Dengan perasan senang dan bangga Yoga langsung melukisnya, seiring berjalannya waktu Yoga dibanjiri pesanan untuk melukis dari lukisan biasa hingga sketsa wajah. Hasil lukisannya pun diminati hingga ke manca negara seperti, malaysia, brunei darus salam, singapura, philipina dan inggris.
“Kalau soal harga lukisan bervariasi tergantung tingkat sulitnya lukisan, namun dua tahun dimasa pandemi Covid-19, tidak ada satupun orderan melukis”, ucapnya.
Saat ini kegiatan Yoga bekerja di yayasan pelatihan moralitas budi pekerti Bangsa Indonesia di perumahan cemara, untuk pergi dan pulang kerja dibonceng oleh abang ipar yang kerjanya searah, penghasilannya cukup untuk membantu kebutuhan kedua adik adiknya. (lik)